Laman

Rabu, 28 Maret 2012

Mengenal tokoh Syiah Syaikh Mufid (338 – 413 H.)


Mengenal tokoh Syiah

Syaikh Mufid (338 – 413 H.)

Kelahiran
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Nu‘man yang lebih dikenal dengan julukan Syaikh Mufid. Ia dilahirkan di tengah berkecamuknya krisis akidah dan politik pada tahun 338 Hijriah di pinggiran kota Baghdad.

Rabu, 14 Maret 2012

Kisah Masyithah as

Kalau menyebut nama masyithah mungkin semua org langsung mengatakan bhw ia adlh perias putri fir'aun, tapi tdk bnyk yg tahu siapa namanya dan perannya kelak. 
Namanya adlh Shabbanah. Ia bekerja di istana fir'aun sbg penyisir rambut putrinya fir'aun. Bahasa arab menyebut wanita penyisir rambut itu dgn sebutan masyithah.
Ceritanya, shabbanah atau masyithah ini ketika suatu hari sedang menyisir rambut putri fir'aun jatuh sisir dari tangannya, lalu ia mengambil sisir itu sambil mengucapkan bismillah. Putri fir'aun bertanya apakah ia tdk menyembah ayahnya fir'aun? (krn fir'aun memaklumkan dirinya sbg tuhan dan memaksa rakyatnya utk menuhankannya) Shabbanah menjawab bhw ia menyembah Tuhan yg menciptakan fir'aun. Putri fir'aun memberitahukan hal ini kpd ayahnya, dan fir'aun akhirnya memerintahkan tentaranya utk menyalakan tungku besar pembakaran. Utk menggoyahkan iman shabbanah, fir'aun memerintahkan agar anaknya terlebih dulu dilempar kedlm api. Shabbanah tegang dan hampir saja melepaskan keimanannya kpd Allah, tapi Allah dgn kehendak-Nya menjadikan bayinya mampu berbicara dgn kata2, "Wahai ibu bersabarlah, sesungguhnya engkau berada diatas kebenaran."
Akhirnya, shabbanah bersama bayinya yg sdg menyusu dilempar ke dlm api yg berkobar dan abunya ibu dan bayi dibuang ke tanah, dan konon tanah itu mengeluarkan bau harum hingga kini.
Shabbanah menurut bbrp riwayat ahlulbait akan termasuk di antara 13 wanita mulia yg akan dihidupkan dan dibangkitkan bersamaan dgn kemunculan Imam Mahdi as.
 

Senin, 05 Maret 2012

Kekafiran Majoriti Para Sahabat Menurut Catatan Kitab Shahih Bukhari


Kedudukan para sahabat
 Kedudukan para sahabat di bahagikan kepada tiga:
1. Sahabat semuanya adil dan mereka adalah para mujtahid.Ini adalah pendapat Ahlu s- Sunnah wa l-Jama‘ah.
2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil dan ada yang fasiq kerana mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka.Justeru itu yang baik diberi ganjaran kerana kebaikannya.Sebaliknya yang jahat dibalas dengan kejahatannya.Ini adalah pendapat mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah (Saw.)/Syi‘ah/Imam Dua belas.
3. Semua sahabat adalah kafir-semoga dijauhi Allah-Ini adalah pendapat Khawarij yang terkeluar daripada Islam.

Kekafiran Majoriti Para Sahabat Menurut Catatan Kitab Shahih Muslim


Terjemahan hadis-hadis dari Sahih Muslim

1.Hadis no.26.(2290)Daripada Abi Hazim berkata: Aku telah mendengar Sahlan berkata:Aku telah mendengar Nabi (Saw.) bersabda:Aku akan mendahului kamu di Haudh.Siapa yang melaluinya, dia akan meminumnya.Dan siapa yang meminumnya,dia tidak akan dahaga selama-lamanya.Akan datang kepadaku beberapa orang yang aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku(para sahabatku).Kemudian dipisahkan di antaraku dan mereka.Abu Hazim berkata:Nu‘man bin Abi ‘Iyasy telah mendengarnya dan aku telah memberitahu mereka tentang Hadis ini.Maka dia berkata:Adakah anda telah mendengar Sahlan berkata sedemikian?Dia berkata:Ya.

Al Qur’an Di Mata Salafy ( keyakinan mereka bahawa Al-Quran yg ada sekarang bukan asli )


Setiap salafy harus, sekali lagi harus percaya bahwa Al Qur’an yang ada saat ini tidak otentik dan mengalami perubahan. Tidak percaya?

Jangan terburu marah, baca dulu selengkapnya.
Jika kita menelaah literatur-literatur salafy, maka akan anda temui banyak riwayat juga pernyataan baik sahabat maupun tabiin yang merupakan rujukan para salafy yang menegaskan bahwa Al Qur’an yang dijadikan pedoman umat islam saat ini sudah bukan asli lagi, alias sudah dirubah. Jadi kitab suci yang ada pada umat islam sejak dulu sampai hari ini menurut salafy sudah bukan otentik lagi, alias ada ayat-ayat yang bukan lagi wahyu Allah, tetapi ada juga hasil tulisan tangan manusia. Selain diubah, nukilan-nukilan itu juga menyatakan bahwa ada ayat-ayat dalam Al Qur’an yang dihapus. Intinya, Al Qur’an yang ada sekarang ini tidak seperti yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad SAAW. Sampai di sini para pembaca mungkin merasa heran dan bertanya-tanya, apakah benar salafy menganggap demikian? Mungkin anda belum pernah atau malah sudah pernah mendengar hal ini sebelumnya dan mengklarifikasi kepada teman atau tetangga anda yang salafy, dan dijawab oleh mereka bahwa hal itu semata-mata adalah fitnah dan tuduhan yang dihembuskan oleh musuh-musuh salafy, dari mereka yang ingin memecah belah umat Islam. Lebih jauh lagi, mereka akan menuduh orang yang menebarkan hal itu sebagai antek zionis yahudi. Astaghfirullah

Apakah yang Dimaksud dengan Sunnatullah?

Di dalam surat Al-Ahzab [33], ayat 62, Al-Qur'an mengemukakan bahwa salah satu dari sunah-sunah Ilahi yang tidak pernah mengalami perubahan adalah masalah penghancuran kaum munafik dengan sebuah serangan umum. Dan hal ini pernah terjadi pula pada umat-umat sebelumnya. Sebagai sunah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum[mu], dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunah Allah. Ta'bir-ta'bir semacam ini ditemukan pula di dalam Al-Qur'an dalam masalah-masalah yang lainnya. Salah satu di antaranya, dalam surat Al-Ahzab [33], ayat ke 38, setelah turun izin untuk menghancurkan kebiasaan salah jahiliyah mengenai pengharaman (memperistri istri anak angkat yang telah ditalak), Allah berfirman, "[Allah telah menetapkan yang demikian] sebagai sunah-Nya pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan Allah adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku." Dalam surat Fathir [35], ayat ke 43, setelah mengancam kaum-kaum kafir dan pembuat kerusakan dengan kematian, Allah berfirman, "Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan [berlakunya] sunah [Allah yang telah berlaku] bagi orang-orang yang terdahulu. Maka, sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan pada sunah Allah dan sekali-kali tidak akan [pula] menemui penyimpangan dalam sunah Allah ini." Dalam surat Al-Ghafir [40], ayat 85, setelah menegaskan bahwa keimanan orang-orang kafir yang keras kepala dan pembangkang dari kaum-kaum sebelumnya -setelah menyaksikan turunnya azab dari Allah swt.- tidaklah akan memberikan manfaat yang berarti, Dia menambahkan dengan firman-Nya, "Itulah sunah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan pada waktu itu, binasalah orang-orang kafir." Dan dalam surat Al-Fath [48], ayat 23, setelah mengemukakan kemenangan kaum mukmin dan kehancuran orang-orang kafir, serta terputusnya persahabatan di antara mereka dalam peperangan, Allah menambahkan dengan firman-Nya, "Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu. Kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada sunatullah ini." Demikian juga dalam surat Al-Isra' [17], ayat 77, ketika menceritakan siasat orang-orang kafir dalam mengasingkan dan menghancurkan Rasulullah saw., Allah menambahkan, "Apabila terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal kecuali hanya sebentar saja. [Kami menetapkan yang demikian] sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu, dan tidak akan kamu dapati perubahan pada ketetapan Kami ini." Dari rangkaian seluruh ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa maksud dari sunah dalam masalah semacam ini adalah hukum-hukum yang konstan dan merupakan prinsip takwînî atau tasyrî'î Ilahi yang tidak akan pernah mengalami perubahan di dalamnya. Dengan kata lain, Allah swt. mempunyai hukum-hukum paten di alam takwînî (cipta) dan tasyrî'î (tinta)-Nya. Tidak sebagaimana hukum-hukum prinsip dan norma budaya dalam masyarakat dunia yang bisa direduksi, hukum-hukum Allah ini berlaku atas kaum-kaum masa lalu, saat ini dan juga atas kaum-kaum di masa datang. Pertolongan para nabi, kekalahan orang-orang kafir, kelaziman mengamalkan perintah-perintah Ilahi sekalipun tidak menyenangkan bagi lingkungan, dan ketiadaan manfaat dari taubah pada saat turunnya azab Ilahi, semuanya ini merupakan sunah Ilahi yang abadi. 

Apakah Mungkin Allah Swt. Diindra?

Dalil-dalil rasional memberikan kesaksian bahwa Tuhan tidak akan pernah dapat dilihat oleh indra penglihatan. Karena, mata kepala hanya dapat melihat benda-benda atau -lebih tepatnya- sebagian kualitas dari benda-benda tersebut. Dan mata tidak akan pernah dapat melihat sesuatu yang bukan benda atau tidak memiliki kualitas kebendaan. Dengan kata lain, sekiranya sesuatu dapat dilihat dengan mata kepala, niscaya ia memiliki ruang, sisi dan materi. 

Apakah Maksud dari 'Arsy Tuhan?

Dalam ayat Al-Qur'an terdapat kira-kira dua puluh ayat yang mengisyaratkan 'Arsy Tuhan. Kini soal yang mengemuka adalah apakah maksud dari 'arsy Tuhan itu? Berulang kali telah kami katakan bahwa dengan kata-kata yang sering digunakan untuk menjelaskan tipologi kehidupan materi yang serba terbatas ini, kita tidak dapat menjelaskan keagungan Tuhan, dan bahkan keagungan seluruh makhluk-Nya. Atas alasan ini, dengan menggunakan arti figuratif, kata ini kita gunakan untuk menggambarkan seluruh keagungan Tuhan. Dan di antara kata-kata yang memiliki karakter seperti ini adalah 'Arsy yang secara leksikal berarti atap atau singgasana yang berkaki panjang, sebagai lawan dari "Kursî" yang bermakna singgasana berkaki pendek. Lalu, kalimat ini digunakan dalam singgasana kekuasaan Ilahi sebagai 'Arsy Ilahi. 

Poin-poin Deviasi Penalaran Wahabiyah

1. Ayat-ayat Al-Qur'an dengan tegas menerangkan bahwa masalah syafaat telah termuat di dalam Al-Qur'an dan Islam. Begitu pula, syarat-syarat yang dimiliki oleh orang yang memberikan syafaat dan orang yang menerima syafaat tercantum dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang mengklaim Islam dan Al-Qur'an tetapi mengingkari kaidah ini, karena terdapat bukti-bukti nyata yang menegaskan kaidah ini. Dan kita terkejut bagaimana mereka (Wahabiyah) menggangap diri mereka sebagai muslim lalu menolak kaidah yang merupakan hal-hal yang sudah gamblang agama dan Al-Qur'an (dharûriyât). Apakah mungkin seorang muslim dapat mengingkari dharûriyât dan kebenaran Al-Qur'an? 

Apa Perbedaan antara Kenabian (nubuwah), Kepemimpinan (imâmah) dan Kerasulan (risâlah)?


Berdasarkan arahan-arahan Al-Qur’an dan beberapa hadis yang menjelaskan orang-orang yang ditugaskan oleh Allah Swt., mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda:
 a. Kedudukan Kenabian (Nubuwah)
Kedudukan kenabian adalah sebuah kedudukan penerimaan wahyu dari Allah Swt.. Oleh karena itu, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu dan menyampaikannya kepada orang-orang yang menghendakinya.

b. Kedudukan Kerasulan (Risâlah)
Kedudukan kerasulan adalah kedudukan yang mengemban tugas penyampaian wahyu, penyebaran hukum-hukum Tuhan, dan pembinaan jiwa-jiwa manusia melalui pengajaran ilmu dan menyucian diri. Oleh karena itu, rasul adalah orang yang bertugas untuk mengajak manusia kepada Tuhan dengan segenap upaya serta memanfaatkan segala fasilitas yang ada. Ia berusaha untuk mengusung sebuah revolusi budaya, pemikiran dan ideologi.

c. Kedudukan Kepemimpinan (Imâmah)
Imâmah adalah kepemimpinan umat. Sejatinya, imam adalah seorang yang -dengan membentuk sebuah pemerintahan Ilahi dan memperoleh kekuasaan yang diperlukan- berupaya untuk menerapkan hukum-hukum Tuhan di muka bumi. Dan sekiranya tidak mampu secara resmi mendirikan pemerintahan, ia tetap harus berupaya semaksimal kemampuan yang dimilikinya.
Dengan kata lain, tugas-tugas imam adalah menjalankan ketentuan Ilahi, sementara tugas-tugas rasul adalah menyampaikan ketentuan-ketentuan ini. Atau, rasul “menunjukkan jalan”, dan imam “mengantarkan sampai ke tujuan”.
Jelas bahwa kebanyakan para nabi, seperti Nabi saw., memiliki ketiga kedudukan di atas. Nabi saw., di samping memperoleh wahyu dan menyampaikannya, juga bertugas dan berupaya membentuk sebuah pemerintahan dalam rangka penerapan hukum-hukum Ilahi, dan menggelontorkanya melalui jalan batin dalam pembinaan jiwa.
Singkatnya, imâmah merupakan kepemimpinan yang berdimensi bendawi dan maknawi, jasmani dan ruhani, lahir dan batin. Imam adalah kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat, pemimpin agama, pembina akhlak, pemimpin lahir dan batin.
Dari satu sisi, imam memimpin orang-orang yang memiliki kelayakan menempuh jalan kesempurnaan dengan kekuatan spiritual. Dengan kekuatannya, ia mengajarkan orang-orang yang buta aksara dan dengan kekuasaan pemerintahannya atau kekuatan hukum lainnya, ia menerapkan asas keadilan

KASIH SAYANG IBU PADA KITA.


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Entah sampai kapan, sayangmu tiada tergantikan
Entah sampai kapan, perhatianmu tiada terperikan
Entah sampai kapan, semua cintamu akan terlupakan
Tiada mungkin di dustakan
Tiada mungkin di lupakan

Semua hal yang ada didunia ini semua berawal dari ketulusan
Sebuah ketulusan dari ibu lembut penuh kelembutan
Menyapih engkau sungguh kepayahan
Menyusu dengan penuh haru tanpa ada rasa kejengkelan
Tiada terperi ketika malam terus membangunkan
Demi putra putrimu tercinta tiada sedikitpun terlintas beban

Kasih sayang mu memang abadi
Walau dirimu tak lagi ada dunia ini
Kasih Sayang Ibu Tiada Mungkin Terganti
Tak ada manusia yang sanggup membalas budi ini
Kecuali surga agung penuh kasih Illahi Rabbi

Maafkan aku wahai ibu
Jika daku pernah membuatku tersedu
Membuatmu malu dengan tingkah lakuku
Membuatmu mengelus dada tanpa pilu padaku
Aku berjanji kini dan nanti wahai ibu
Aku akan menjadi putra putri terbaik kebanggaan mu
Kebanggaan didepan matamu
Kebanggaan di setiap senyum penuh kasihmu

Terima kasih ibu
Engkau adalah pelita hati disetiap langkah ku
Aku sayang selalu pada mu ibu 

Penyakit yang Menimpa Perempuan Tidak Berjilbab


Rasulullah bersabda, "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud)

Rasulullah bersabda, "Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)

Nasiruddin Al-Tusi: Saintis Terpandang Di Abad ke-13 M


Sejarawan sains kerap menyejajarkan kemasyhuran Nasirudin al-Tusi dengan Thomas Aquinas. Betapa tidak, al-Tusi memang seorang saintis Agung yang terlahir di dunia Islam pada abad ke-13 M. Kontribusinya  bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern begitu luar biasa. Hidupnya didedikasikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban Islam. Al-Tusi pun dikenal sebagai ilmuwan serbabisa. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya, seperti  astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran hingga ilmu agama Islam. Ilmuwan asal Persia ini bernama lengkap Abu Jafar Muhammad ibn Muhammad ibnu al-Hasan Nasiruddin al-Tusi. Ia terlahir pada 18 Februari 1201 di kota Tus yang terletak di dekat Meshed,  Persia – sekarang sebelah timurlaut Iran.Ia begitu termasyhur. 

Wudhu Mencegah Terjadinya Berbagai Penyakit Kulit


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره )) رواه مسلم.


Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.

وقال أيضا: ((إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء، فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل )) متفق عليه.


Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Diantara Keajaiban perintah Sujud Terhadap Tubuh


Apabila anda sedang mengalami stress, atau tensi anda naik, atau pusing yang berkepanjangan, atau mengalami nervous (salah satu jenis penyakit penyimpangan perilaku berupa uring-uringan, gelisah, takut, dll). Jika anda takut terkena tumor, maka sujud adalah solusinya.... Dengan sujud akan terlepas segala penyakit nervous dan penyakit kejiwaan lainnya. Inilah salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Dhiyaa'uddin Hamid, dosen jurusan biologi dan ketua departemen radiasi makanan di lembaga penelitian teknologi radiasi.

Kamal Al-Din Al-Farisi Ahli Fisika Agung Dari Persia


Kamal al-Din al-Farisi adalah seorang ahli fisika Muslim terkemuka dari Persia. Ia dilahirkan di kota Tabriz, Persia  sekarang Iran-  pada 1267 M dan meninggal pada  1319 M.  Ilmuwan yang bernama lengkap Kamal al-Din Abu'l-Hasan Muhammad Al-Farisi itu kesohor dengan kontribusinya tentang optik serta teori angka. Ia merupakan murid seorang astronom dan ahli matematika terkenal, Qutb al-Din al-Shirazi (1236-1311), yang  juga murid Nasiruddin al-Tusi.  Dalam bidang optik, al-Farisi berhasil merevisi teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Gurunya, Shirazi memberi saran agar al-Farisi membedah teori pembiasan cahaya yang telah ditulis ahli fisika Muslim legendaris Ibnu al-Haytham (965-1039). Secara mendalam, al-Farisi melakukan studi secara mendala mengenai risalah optik yang ditulis pendahuluannya itu. Sang guru juga menyarankannya agar melakukan revisi terhadap karya Ibnu Haytham. Buku hasil revisi terhadap pemikiran al-Hacen – nama panggilan Ibnu Haytham di Barat -- tersebut kemudian jadi sebuah adikarya, yakni  Kitab Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik).

ANALISIS HADIS “BARANGSIAPA MATI TANPA MENGENAL IMAM ZAMANNYA, MATINYA ADALAH MATI JAHILLIYAH”


1 persoalan utama yang sering terlepas pandang oleh umat Islam adalah sejak dari masa dini Islam lagi adalah kasus penting, perlunya keberadaan ‘Penunjuk Jalan’ atau Imam yang mana telah disabdakan oleh Rasul Junjungan SAWW:
Ibn Abu Asim di dalam kitab al-Sunnah, halaman 489 meriwayatkan hadis ini:
من مات وليس عليه إمام مات ميتة جاهلية
Barangsiapa yang mati tanpa memiliki Imam, maka matinya adalah mati Jahiliyyah.
al-Albani di dalam komentarnya tentang hadis ini, menulis:
إسناده حسن ورجاله ثقات
Isnadnya hasan dan semua perawinya Tsiqah.