Laman

Selasa, 21 Februari 2012

Pidato Rahbar Dalam Pertemuan Dengan Para Pemuda Berprestasi




Bismillahirrahmanirrahim
Saya berterima kasih kepada Anda sekalian, saudara dan saudara yang terhormat, baik yang menyelanggarakan pertemuan ini maupun yang terlibat dalam pembahasan dan tukar pandangan. Pertemuan ini adalah pertemuan yang sangat baik. dan sungguh saya merasa bahagia dapat berjumpa dan mendengarkan pembicaraan Anda sekalian.


Dalam program pembangunan negara, satu hal penting yang perlu kita lakukan ialah melihat di mana kita harus memusatkan investasi materi dan moril kita. Sebab, investasi materi dan moril, yakni kesungguhan, sumber daya manusia dan motivasi, bukanlah sesuatu yang tidak terbatas. Untuk menggalang pembangunan negara - pembangunan dalam makna yang sesuai dengan keinginan kita dan tidak mesti seperti pengertiannya yang umum di Barat- kita perlu melihat bidang apa saja yang harus lebih banyak menyerap investasi kita.
Saya sendiri berkeyakinan kuat bahwa jika sains, teknologi dan pencetakan intelektual adalah salah satu ranah yang paling kita prioritaskan dalam investasi. Kemajuan sains yang tentunya akan disusul dengan kemajuan teknologi akan memberi peluang besar bagi negara dan bangsa untuk menemukan kekuatan materi dan spiritual. Secara fungsional, sains sedemikian penting. Inilah yang menjadi pijakan kita. Mengenai arah sains kita, insya Allah, jika nanti ada kesempatan dan sayapun masih ingat maka di bagian akhir akan saya singgung apa tujuan dari gerakan sains kita.
Dengan demikian, masalah sains dan teknologi merupakan salah satu prioritas di negara kita ini. Dalam hal ini, kita mengalami keterbelakangan yang kronis, historis dan memalukan. Dosanya ada di pundak orang-orang yang akibat perilaku politik, ketamakan dan apatisme mereka bangsa yang besar ini menjadi terbebani oleh penyakit kronis tersebut. Kita sekarang ini ingin bebas dari beban yang teramat berat ini. Sebab itu, saya, Anda, para pejabat terkait, para pimpinan di berbagai bidang dan setiap orang yang merasa bermartabat di negara ini harus berusaha menyukseskan keinginan ini sejauh kemampuan masing-masing. Setiap orang bertanggung jawab dalam soal ini, termasuk mahasiswa yang baru masuk universitas tahun ini hingga mahasiswa senior, dosen, para pejabat pendidikan dan sains dan seluruh pejabat administrasi dan keilmuan. Masing-masing harus berusaha, bekerja dan bergerak cepat untuk mengakhiri ketertinggalan yang secara historis telah dipaksakan terhadap kita semua ini. Ini adalah persoalan serius bagi kita.
Pada proses ini, patut diingat bahwa dalam beberapa tahun ini kita mengalami kemajuan pesat. Anda harus mengetahui realitas ini. Mungkin Anda sudah mengetahuinya, tapi tentu saya memiliki data dan informasi lebih banyak, luas dan detail yang menunjukkan bahwa dalam tujuh atau delapan tahun terakhi ini negara kita telah melakukan satu gebrakan besar dan menggarap berbagai pekerjaan besar di bidang ini. Memang, di sana sini, di dalam maupun di luar kampus, ada sebagian orang yang berusaha menebar frustasi dan pandangan negatif, tapi apa yang mereka katakan itu nonsen dan bohong belaka. Sebagian dari mereka lalai dan sebagian lagi ada lebih dari sekadar lalai. Secara fair, gerakan kita prestisius. Berbagai pekerjaan besar sudah dilakukan dalam beberapa tahun ini. Bangsa ini, kaum muda, kalangan intelektual, akademisi dan para pejabat sains kita telah menunjukkan besarnya potensi mereka untuk gerakan yang kita canangkan ini. Dengan demikian, kita sudah mengalami kemajuan.
Kemajuan ini menuntut kita untuk lebih optimis melangkah ke depan. Para pakar dalam maupun luar negeri dalam jumlah yang cukup signifikan berpendapat bahwa sebelum tahun 1404 Hijriah Syamsiah (2025 Masehi), yakni batas akhir rencana pembangunan 20 tahun kita, negara kita akan berhasil meraih target yang sudah dijanjikan dalam prospek tersebut, yakni di bidang sains akan bertengger di rangking teratas di antara negara-negara Muslim. Inilah estimasinya, dan ini tak lain karena pesatnya kemajuan kita. Dengan demikian kita harus optimis dan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Kita harus mengandalkan tenaga kita sendiri dan melanjutkan gerakan dengan sungguh-sungguh, dengan tekad yang bulat dan dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan. Ini poin pertama.
Poin kedua, dengan adanya kegiatan-kegiatan saintifik ini saya dan siapapun di negara ini yang mengetahuinya merasa bangga. Semua bangga melihat kemajuan kita di bidang nuklir, bidang sel induk dan bidang-bidang signifikan lain seperti nano teknologi dan teknologi lingkungan. Semua ini bukan barang kecil. Meski demikian, semua ini bukan berarti bahwa negara kita sudah mengalami kemajuan yang ideal dan sempurna di bidang sains. Dalam beberapa bidang yang belum lama kita tekunipun kita sudah masuk dalam 10 besar negara dunia, namun teknologi dan sains itu masih belum cukup bagi kita.
Lantas apa yang diperlukan? Hal yang diperlukan dan dapat mengangkat posisi negara ini ke posisi yang lebih layak dan membanggakan ialah terciptanya siklus sains yang sempurna. Di semua bidang harus ada siklus yang menghubungkan semua disiplin keilmuan yang diperlukan oleh negara supaya masing-masing dapat terus berkembang dan saling menopang. Harus ada rangkaian sains yang sempurna di negara kita, dan ini sampai sekarang masih belum ada. Ibarat kepulauan, masing-masing pulau harus bersambung satu sama lain untuk membentuk satu kesatuan yang dapat saling membantu, menunjang, memajukan, membuka jalan menuju zona-zona sains di alam ciptaan Ilahi yang teramat luas ini, mengungkap dan menjawab persoalan. Semua ini sangat penting.
Kita banyak melakukan investasi yang bersifat situasional, banyak pula mengalami kemajuan yang juga kondisional dan bergantung pada figur atau kelompok-kelompok tertentu. Ini harus kita perluas di semua bidang pembangunan. Harus tercipta satu arus besar, menyeluruh dan tak kenal henti di semua bidang dan disiplin ilmu pengetahuan, dari ilmu humaniora hingga ilmu-ilmu empiris dan lain sebagainya. Ini jelas memerlukan kerja keras, dan inilah yang juga pernah saya sebut sebagai jihad sains pada sebuah pertemuan dengan kalangan akademisi, seingat saya pada bulan Ramadhan lalu. Mujahadah sangat diperlukan.
Nah, supaya mujahadah ini dapat dilakukan secara penuh harus ada perhatian khusus kepada universitas-universitas yang ada, sebab universitas adalah lingkungan dan tempat tumbuhnya potensi-potensi intelektual. Dalam hal ini Institut Elit Intelektual Nasional (National Institute of Elite/MIE) berkewajiban. Begitu pula para pengurus dan pimpinan universitas serta kementerian-kementerian terkait. Paradigma MIE tentang para elit intelektual jangan sampai membuat lembaga ini mengabaikan universitas. Artinya, harus ada paradigma yang sistematis terhadap universitas dan terjalin hubungan yang erat antara MIE dan universitas. Di pihak lain, konsep dan pembinaan elit intelektual di universitas juga harus ada dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa, terutama pada tahap-tahap akhir pendidikan. Inipun merupakan satu poin tersendiri.
Lantas bagaimana bentuk dukungan kepada para elit ini? Menurut saya, dukungan yang terpenting untuk mereka ialah menyediakan pekerjaan dan persiapannya untuk mereka. Mereka sangat konsen pada pekerjaan, penelitian, produksi, kreativitas dan inovasi. Harus disediakan fasilitas untuk mereka. Dalam beberapa hal, selain fasilitas materi, mereka juga harus mendapat dukungan moril supaya dapat bekerja dan berusaha. Tapi tentu, jerih payah mereka harus searah dengan kebutuhan negara. Menurut laporan yang sampai ke kami, Peta Komprehensif di bidang sains sudah sepenuhnya memperhatikan aspek ini. Hanya saja, sampai sekarang saya belum mendapat laporan final mengenai Peta Komprehensif itu, tapi kawan-kawan serius mengupayakannya. Dalam hal ini juga ada berbagai macam pendapat.
Saya perlu berterima kasih kepada para pemuda yang pada pertemuan bulan Ramadhan lalu menyanggupi akan menyediakan Peta Sains Komprehensif mereka secara independen dari instansi terkait. Saya mengatakan, "Silahkan mengajukan laporan itu." Saya meminta mereka menyediakan ringkasannya supaya saya dapat melihatnya. Merekapun menyediakan dan mengajukannya. Saya terkesan menyaksikan adanya kepedulian dan lompatan pemikiran di kalangan pemuda. Mereka duduk bersama lalu mengajukan Peta Sains Komprehensif menurut kaca mata mereka sendiri. Saya tentu tidak dapat menjamin bahwa peta itu pasti memenuhi kebutuhan kita kepada sebuah planing menyeluruh, sebab bisa jadi informasi mereka sangat terbatas. Hanya saja, kegigihan, lompatan pemikiran, kepedulian dan rasa percaya diri itu sangat mengesankan bagi kami.
Alhasil, siklus sains ini sepenuhnya diperlukan. Tapi di samping itu juga diperlukan satu siklus lain yang dimulai dari gagasan seorang elit intelektual atau jenius, kemudian transmisinya ke pusat-pusat sains dan aktivitas ilmiah untuk diproses menjadi sebuah sains atau satu cabang sains lalu beranjak ke ranah teknologi, kemudian para pakar dan industrialis meluncurkan temuan ilmiah itu sampai akhirnya masuk ke zona perdagangan. Ini merupakan satu siklus tersendiri. Jadi, selain harus ada siklus sains di mana setiap disiplin ilmu dapat saling membantu juga harus ada untaian mata rantai lain yang dimulai dari pengadaan gagasan ilmiah lalu pembentukan suatu komunitas intelektual kemudian membawanya ke ranah teknologi dan industri hingga berlanjut ke zona pemasaran setelah gagasan itu berubah menjadi sebuah produk. Semua ini tentu memerlukan kesungguhan Anda semua dan pengelolaan instansi-instansi terkait. Semua pihak harus kompak untuk mewujudkan harapan ini di negara kita.
Penciptaan perdagangan adalah masalah yang sangat penting. Temuan-temuan ilmiah dan industri harus dapat menciptakan kekayaan di negara kita. Kawan-kawan di kantor kami membuat suatu perkiraan. Menurut mereka, hingga tahun 2025 kita harus mampu membuat sedikitnya 20% pemasukan negara kita berasal dari jalur-jalur industri sains dasar dan aktivitas perdagangan sains dasar, yakni dari tempat pemasaran produk-produk sains. Ini tentunya bukan hal yang sulit diwujudkan. Pengetahuan adalah sumber kekayaan, tapi tentu dengan pola yang sahih dan ramah, bukan seperti cara dunia Barat menggunakan pengetahuan untuk menghasilkan kekayaan sebagaimana nanti akan saya singgung secara singkat, insya Allah. Kemudian, jika pemasaran memang dipikirkan oleh instansi-instansi terkait, maka sejak awal, yakni sejak kita memperkenalkan proyek-proyek sains dan industri, kita sudah harus memikirkannya. Jadi jangan sampai kita baru memikirkannya setelah pekerjaan sudah selesai. Sejak awal sudah harus ada perencanaan yang tentunya sudah menjadi tanggung jawab instansi-instansi terkait untuk mengupayakannya.
Tadi diusulkan supaya dipersiapkan peluang untuk mengadakan satu jenis perusahaan baru yang bergerak di wilayah sains dan teknologi. Banyak pihak yang berminat untuk melakukan pekerjaan sains dan penelitian ilmiah secara kolektif. Bantuan yang diberikan pemerintah untuk pengembangan sains dan teknologi jangan sampai sebatas bantuan kepada personal; perusahaan-perusahaan ini juga harus didukung. Tapi ini jangan sampai dirancukan dengan perusahaan-perusahaan dagang yang terikat pajak dan mendapat fasilitas perbankan secara konvensional, melainkan harus ada bantuan khusus untuk perusahaan-perusahaan ini. Saya kira pekerjaan ini perlu dan penting. Dalam hal ini pemerintah harus mengoperasikan satu manajemen yang cerdas.
Satu hal lagi yang juga sangat penting ialah pengadaan tempat-tempat riset. Setiap universitas harus memiliki sedikitnya satu tempat riset yang serius, selain tempat-tempat penelitian independen yang sudah ada. Universitas sendiri harus lebih mementingkan riset dalam bentuk yang kolektif dalam universitas. Para elit intelektual kita harus datang ke tempat-tempat riset. Tapi ini bukan berarti hubungan mereka dengan ilmu dan pendidikan menjadi terputus, melainkan sekedar supaya mereka tertarik untuk datang ke tempat-tempat riset dan bekerja di sana sebagaimana mereka sendiri pasti berminat melakukan riset. Seperti saya singgung sebelumnya, fasilitas disediakan untuk mereka supaya dapat melakukan penelitian. Ini pasti menyenangkan bagi seorang elit intelektual; selain dapat menyalurkan dan mengaktivasi potensi mereka, ini juga dapat membuat mereka merasa dapat bekerja serta dapat membungkam suara-suara sumbang yang terus berkembang bahwa di negara ini tidak ada peluang untuk bekerja. Tempat-tempat riset itu juga memungkinkan para pensiunan dosen untuk tetap eksis dan memanfaatkan pengalaman dan kematangannya di bidang sains. Dengan demikian akan tercipta satu mata rantai baru yang menghubungkan generasi peneliti baru, yakni para pemuda, dengan para senior yang sudah pernah mengabdi sekian lama di universitas.
Sudah banyak bantuan yang disalurkan kepada kalangan elit intelektual. Walau demikian, di sana sini masih ada hal-hal yang dikeluhkan, dan saya mendengarnya. Ini disampaikan bukan hanya dalam forum ini, tapi juga melalui surat dan laporan. Jadi, keluhan memang ada, patut dan harus diberi solusi. Ini jelas. Namun, coba perhatikan sudah sampai di mana kita dalam lima atau enam tahun terakhir ini. Dalam hal bantuan dan kepedulian kepada para elit intelektual, lima atau enam tahun lalu kita berada di titik nol; belum ada nama, tujuan dan gerakan seperti yang ada sekarang. Sekarang sudah banyak pekerjaan positif yang dilakukan. Kepedulian kepada mereka, pengumpulan mereka, penyimakan aspirasi mereka, pemanfaatan ide, gagasan dan kecemerlangan pikiran mereka, semua ini merupakan satu fenomena baru yang harus kita apresiasi dan syukuri. Jangan sampai kita terpaku pada titik-titik yang negatif.
Salah satu watak manusia adalah berharap sesuatu yang lebih. Karakter ini tidak buruk. Seperti karakter dan bawaan manusia lainnya, berharap lebih dapat menunjang kesempurnaan manusia jika dipelihara sesuai tempat dan arahnya. Di bidang moril justru manusia harus berharap sesempurna mungkin (perfeksionis). Kegiatan ilmiah, intelektual dan riset juga berada di zona moril. Jadi, berharap lebih memang bawaan manusia. Sebanyak apapun yang dimiliki manusia tetap akan terlihat kekurangannya. Kondisi seperti ini tidak akan pernah ada habisnya. Harus ditinjau apa yang sudah dikerjakan, dan ternyata banyak.
Saya juga ingin berpesan bahwa bantuan dan pekerjaan berharga memang sudah banyak dan dalam hal ini para pejabat terkait patut diapresiasi. Namun, segala sesuatu yang manis ini jangan sampai dibuat pahit untuk para elit intelektual akibat birokrasi yang terlalu berbelit. Pesan ini serius saya kemukakan untuk para pejabat. Carikan jalan pintas di luar jalur konvesional yang terlalu berbelit itu supaya semua urusan bisa berjalan lebih lancar dan mudah.
Hanya saja, dari sisi lain kita juga harus sportif; jangan sampai tidak apresiatif, sebab sudah banyak pekerjaan dan sumbangsih yang sudah diberikan, dan bahkan iktikad untuk berbuat lebih maksimal lagi masih ada. Dalam sebuah hadits disebutkan;
نيّة المؤمن خير من عمله
"Niat orang yang beriman lebih baik dari pengamalannya." (Al-Kafi 2/84)
Iktikad dan niat masih sangat banyak, tapi manusia tidak selalu dapat menunaikan semua yang diharapkannya. Setiap kali Anda melakukan pekerjaan baik harus selalu ada niat untuk berbuat lebih jauh lagi. Seorang mukmin harus demikian; jika niatnya selalu baik maka itu akan lebih baik dari pengamalannya. Dalam hal ini semua instansi terkait juga demikian. Mereka benar-benar berniat untuk berbuat lebih banyak lagi, tapi di lapangan mereka berhadapan dengan berbagai kendala.
Satu hal lagi jangan sampai dilupakan, yaitu bahwa kita memerlukan sistem pemantauan. Kita harus selalu memonitoring bagaimana output dari upaya yang sudah dilakukan oleh para elit itu; sejauh mana kesesuaiannya dengan investasi yang sudah ditanamkan. Jangan sampai kita berinvestasi tanpa ada output yang jelas. Jika output itu minim atau tidak relevan maka ini menunjukkan adanya masalah dan kesalahan pada mekanisme yang diterapkan. Jadi, monitoring senantiasa diperlukan.
Kemudian, monitoring ini saja masih belum cukup. Kita juga harus memantau negara-negara lain yang ingin kita lampaui kemajuannya. Kita jangan membayangkan bahwa ada negara lain, misalnya negara tetangga atau negara Islam yang bangkit kemudian mempersilahkan kita untuk mendahuluinya. Jangan seperti ini, sebab mereka juga dalam posisi berusaha. Monitoring ini juga perlu. Jika asumsinya adalah bahwa kita harus bergerak maju maka kita juga harus mengetahui kondisi sekitar dan memantau para pemain lain di lapangan. Kita harus melihat apa yang mereka lakukan supaya kita dapat mengukur apa gerakan dan kesungguhan kita sudah sesuai atau tidak.
Ada beberapa poin lagi yang saya catat, tapi biarlah saya lewatkan.
Kita selalu menekankan soal sains. Penekanan ini serius, bukan basa-basi, bukan formalitas dan bukan pula bersifat musiman. Sebaliknya, penekanan ini merupakan hasil pemahaman dan pertimbangan yang mendalam. Kesewenangan-wenangan merajalela di dunia. Para pelakunya mengandalkan kekuatan. Sedangkan kekuatan, kekayaan dan sarana yang mereka miliki berpangkal pada sains yang mereka kuasai. Mereka tidak bisa dilawan tanpa ilmu pengetahuan.
Sebuah hadits menyebutkan;
العلم سلطان
"Ilmu adalah kekuatan." (Syarh Nahjul Balaghah, 20/319)
Ilmu itu sendiri adalah satu kekuatan. Orang yang menguasai kekuatan ini akan dapat bergerak. Siapapun, bangsa dan masyarakat manapun yang tidak menguasainya, mau tidak mau, akan mengekor pada kekuatan pihak lain. Dengan demikian, ini adalah satu perhitungan yang sangat akurat.
Kemudian, ada dua jenis tujuan untuk ilmu. Satu adalah tujuan kotor, seperti yang diburu oleh para penguasa sains dunia masa kini. Anda jangan melihat klaim-klaim mereka, lihatlah betapa kemajuan sains di Barat justru menjadi realitas yang sangat pahit dan memprihatinkan; realitas yang tidak mungkin sosok insan luhur sudi menjalaninya meski dibayar berapapun. Kemajuan sains di Dunia Barat, baik sejak keilmuan mulai menggeliat di sana -sebagai pendahuluan untuk gerakan sains- sejak abad ke-16 Masehi di Italia, Inggris dan berbagai tempat lain, atau sejak revolusi industri bermula di Inggris pada abad ke-17 yang ditandai dengan pembangunan pabrik-pabrik besar dan mesin-mesin raksasa secara gradual dalam kurun waktu sekian dekade hingga semua ini menghasilkan kekayaan, betapa banyak terjadi kasus pelanggaran HAM, pembasmian orang-orang miskin atau kastanisasi yang tercipta akibat adanya mesin-mesin raksasa, kezaliman terhadap rakyat. Kemudian, secara bertahap merebaknya sains dan teknologi ke negara-negara Eropa lainnya juga harus dibayar dengan pemberangusan kebebasan bangsa-bangsa lain, ancaman terhadap identitas bangsa-bangsa lain, penganiayaan secara masif dan buas terhadap banyak negara dan bangsa lain.
Mereka merasa memerlukan bahan baku sebagaimana mereka memerlukan pasar. Dua hal ini kebetulan adanya di negara-negara lain. Mereka lantas menggunakan sainsnya dan memproduksi meriam untuk menaklukkan pedang dan tombak. Lalu pergilah Inggris, Belanda, Portugis, Perancis dan sejumlah negara Eropa lainnya ke berbagai penjuru dunia dan di sana mereka berlomba menebar petaka dengan menggunakan sains dan teknologi. Jika semua petaka itu dihimpun maka akan terbentuklah sebuah ensiklopedia besar dan menyedihkan sebanyak puluhan jilid. Jadi bukan hanya AS yang melakukannya. AS hanya menyusul mereka.
Perhatikan apa yang mereka lakukan di India dan Cina. Berkenaan dengan tragedi yang diciptakan Inggris di India pada abad ke-19, saya yakin apa yang didengar oleh kaum muda -yang umumnya tidak terlalu mementingkan sejarah dan persoalan-persoalan seperti ini- dari berbagai publikasi dan pembicaraan orang masih belum sampai seperseribu dari apa yang sudah terjadi sesungguhnya.
Nehru dalam bukunya menuliskan tentang kedatangan mereka ke India. Menurutnya, di masa ketika revolusi industri masih belum terjadi [di Eropa] dan mesin-mesin raksasa masih belum ada, kawasan Anak Benua India dari segi industri sudah termasuk salah satu negara maju di dunia. Namun, agar rencana Inggris berjalan mulus mereka menghancurkan industri India, membasmi kalangan menengah, mematikan bibit-bibit gerakan menuju sains dan industri dengan berbagai bentuk tekanan, menyuntikkan satu "penyakit kronis" di jantung sebuah bangsa yang sampai detik ini masih belum tersembuhkan, yakni setelah lebih dari 150 tahun sejak aksi itu. Hal serupa juga terjadi di Cina. Mereka juga menebar tragedi dan tekanan terhadap bangsa Tiongkok. Semua itu terjadi pada abad ke-19. Di Afrika mereka juga membuat bencana. Dengan bantuan sains pula, mereka juga menebar tragedi di Benua Amerika sendiri. Di Afrika dan Amerika Latin banyak orang dijadikan budak dan banyak keluarga yang diporak porandakan dan dibasmi. Inilah perjalanan ilmu pengetahuan di tangan mereka.
Ilmu pengetahuan disalurkan kepada gerakan mengeruk kekayaan tanpa ada pengindahan sedikitpun terhadap moral, keimanan dan spiritualitas. Orang-orang Eropa saat itu bukannya tidak mengaku berperadaban, tapi kenyataannya perilaku mereka sangat primitif dan paling sadis. Apa yang saya katakan ini bukan semboyan, melainkan didukung oleh data, dokumen dan keterangan-keterangan akurat tentang apa yang mereka lakukan. Hanya saja, sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan data-data itu. Seandainya satu bagian kecil saja saya jelaskan maka Anda akan mengerti apa yang terjadi di Asia Timur, Afrika dan berbagai kawasan lain akibat ulah orang-orang Eropa dan Barat yang bersenjatakan sains. Karena yang dituju adalah harta semata maka moral, agama dan Tuhan tidak ada lagi di mata mereka.
Kita tidak menghendaki ilmu pengetahuan yang demikian. Sains yang demikian ketika mengalami kemajuan dan menemukan puncaknya pasti akan menjadi fenomena seperti yang kini terjadi di negara-negara Barat. Sains akan berubah menjadi bom nuklir, menjadi kezaliman, menjadi pembasmian demokrasi oleh negara yang mengaku paling demokratis di dunia, yakni Amerika Serikat (AS), menjadi konflik dan kesenjangan sosial, menghasilkan jutaan tunawisma dan jutaan orang miskin di sebuah negara kaya dan maju. Sains seperti ini tidak ada gunanya. Kita tidak mengejar sains seperti ini. Ajaran para nabi dan Islam maupun bisikan hati nurani manusia tidak mengarahkan kita untuk demikian. Jiwa manusia tidak merindukan yang demikian.
Ilmu pengetahuan yang kita cari harus bersanding dengan tazkiyah. Inilah yang disinggung oleh ayat-ayat Al-Quran yang tadi dibacakan pada pembukaan forum ini;
هو الّذى بعث فى الأمّيّين رسولا منهم يتلوا عليهم اياته و يزكّيهم و يعلّمهم الكتاب و الحكمة
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah." (QS.62.2)
Inilah ajaran Al-Quran dan tarbiyah Islam. Mengapa tazkiyah diutamakan? Karena ilmu tanpa tazkiyah akan menyimpang. Ilmu adalah sarana atau senjata. Jika senjata ini ada di tangan manusia keji, jahat dan pembunuh maka yang terjadi tak lain adalah petaka. Tapi jika senjata ini ada di tangan manusia yang saleh maka akan menjadi sarana untuk melindungi orang-orang lain, membela hak rakyat, mengawal hak keluarga. Ilmu ini harus didapat ketika dibarengi dengan tazkiyah. Inilah wejangan saya untuk Anda semua.
Alhamdulillah, Anda adalah para pemuda yang mendapat taufik dari Allah Swt untuk tumbuh di lingkungan yang agamis dan Islami. Ini adalah kesempatan yang sangat baik. Ini mirip dengan apa yang diucapkan oleh Imam Husain (as) dalam Doa Arafah. Kepada Allah Swt beliau berucap; "Saya bersyukur kepada-Mu yang telah menciptakan diriku dalam pemerintahan Islam (pemerintahan Rasulullah SAW)." Tapi tentu, kita sangat jauh berbeda dengan beliau, seperti antara bumi dan langit. Tapi kita mengarah ke sana. Ini merupakan satu taufik Ilahi bagi kita, bagi Anda kaum muda.
Ilmu harus kita raih untuk pengabdian, untuk keruhanian, untuk menunjang kemajuan keluhuran manusia, untuk memberikan pembelaan yang nyata bagi hak asasi manusia. Berbeda dengan tradisi yang umum di dunia, kekayaan dan kekuatan nasional harus menjadi sarana untuk mengibarkan bendera keadilan. Jangan sampai kita sewenang-wenang terhadap siapapun. Kita harus menolong orang yang tertindas dan melawan orang yang zalim.
Pikirkanlah baik-baik; jika di dunia ini koin yang berlaku adalah kezaliman, kesewenang-wenangan, arogansi, imperialisme dan eksploitasi dan bahwa inilah trend bagi siapapun yang berkecimpung dalam dunia sains dan kemajuan, yakni trend di mana sebagian orang menindas sementara yang lain bersedia ditindas sehingga terbentuklah sistem despotik, lalu muncul satu bangsa yang resisten, perkasa, bisa bicara, mampu mengumandangkan suaranya kepada dunia, menguasai teknologi mutakhir dan berbagai media komunikasi, memiliki kekuatan propaganda, memiliki sumberdaya manusia yang sangat percaya diri dan berdiri melawan sistem despotik tersebut. Ketika ada banyak pihak bersekongkol untuk menindas bangsa lain, maka bangsa yang satu ini justru siap menjadi perisai yang melindungi bangsa yang tertindas itu. Jika ini menjadi kenyataan maka bayangkan apa yang akan terjadi di dunia. Dunia pasti akan berubah.
Bekerjalah untuk tujuan ini. Raihlah sains demi tujuan penting ini. Sebaliknya, jika kita ikut masuk ke dalam trend para penguasa sains di dunia selama 200 atau 300 tahun terakhir maka ini jelas bukan talenta dan bukan pula cita-cita yang tumbuh dari hati nurani insani. Kita harus membuat terobosan baru dimana sebuah bangsa yang menguasai sains dan kekuatan ilmu - yang tentunya akan diikuti berbagai kemampuan lainnya- berjuang membumikan spirit, norma dan moralitas Ilahiah serta mengibarkan panjinya. Inilah yang kami harapkan dari Anda semua.
Ilahi, anugerahilah para pemuda mulia kami ini hidayah dan pertolongan-Mu yang lebih dari sebelumnya.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Tidak ada komentar: